Rabu, 16 Juli 2008

photos




















FESTIVAL PATIAYAM

FESTIVAL PATIAYAM


  1. Latar Belakang

Keberadaan Situs Patiayam menambah semaraknya Kudus, dengan ditemukannya berbagai bukti kehidupan pra sejarah berupa fosil fauna dan manusia purba lengkap dengan alat budayanya. Temuan dan pemberitaan akan fosil tersebut selain sangat bermafaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, juga diharapkan dapat meningktakan apresiasi terhadap Kudus dan masyarakat Patiayam pada khususnya.

Potensi keberadaan fosil akan semakin diminati masyarakat luas apabila didukung dengan adanya budaya masyarakat di lokasi sekitar. Karenanya perlu dilakukan upaya-upaya untuk memunculkan kembali budaya masyarakat lokal yang sesuai dan positif. Selain sebagai daya tarik bagi masyarakat umum, budaya yang nantinya tergarap juga mampu berfungsi sebagai media pemersatu masyarakat sehingga menjadi guyb (bersatu padu) untuk turut menegmbangkan potensi Pati ayam.

Berdasarkan latar belakang di atas, digagaslah sebuah kegiatan budaya dengan tajuk FESTIVAL PATIAYAM oleh beberapa komunitas kesenian di Kudus yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Paguyuban Pelestari Situs Patiayam, yang merepresentasikan masyarakat di sekitar situs Patiayam.

Sebagai sebuah kegiatan budaya, FESTIVAL PATIAYAM ini tetntunya akan mengangkat segala potensi budaya yang ada di masyarakat sekitar Patiayam, dan mempublikasikannya pada public untuk lebih mencitrakan Patiayam secara lebih lengkap, dengan didukung pula terpeliharanya budaya masyarakat untuk mendukung penegmbangan situs dan fosil Patiayam.

  1. NAMA DAN RANGKAIAN KEGIATAN

Kegiatan ini bertajuk “FESTIVAL PATIAYAM” yang akan menggelar rangkaian kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    1. Selamatan Sendang (mata air) dan pengambilan Air
    2. Kirab bibit tanaman
    3. Pagelaran Wayang Dongeng
    4. Parade Puisi
    5. Pentas Rebana
    6. Sendra Tari Tradisional
    7. Drama/Teater
    8. Pemutaran Film Dokumentasi Patiayam
    9. Pemutaran Film Dokumentasi Proses FESTIVAL PATIAYAM
    10. Penanaman Bibit

  1. PESERTA/PARTISIPAN KEGIATAN

Rangkaian kegiatan FESTIVAL PAIAYAM akan diikuti oleh anak-anak yang berasal dari desa-desa di sekitar situs Patiayam. Adapun konsep acara disusun oleh sebuah kepanitiaan yang terdiri dari pelaku kesenian di Kudus (teater, musik, rupa, tari) da unsur masyarakat lokal yang tergabung dalam wadah Paguyuban Pelestari Situs Patiayam.

Dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini, diharapkan tumbuh semangat kebersamaan masyarakat dalam mendukung pengembangan situs Patiayam.

  1. TUJUAN

Tujuan umum kegiatan ini adalah menghidupkan kembali aktifitas budaya masyarakat Patiayam untuk mendukung pengembangan Situs Patiayam. Hal tersebut mengingat budaya (termasuk di dalamnya seni tradisi) merupakan unsure strategis yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat luas.

Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

1. Mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat melalui media kesenian dan budaya

2. Memberikan kesadaran dan pemahaman dini terhadap anak-anak di lingkungan Patiayam tentang pentingnya memelihara nilai, tradisi lokal serta pengetahuan tentang Situs Patiayam

3. Mengenalkan dan mempromosikan Patiayam kepada public melalui media seni budaya

  1. WAKTU

FESTIVAL PATIAYAM akan diselenggarakan pada :

Hari : Jumat-Minggu

Tanggal : 18-20 Juli 2008

Jam : (sesuai breakdown acara)

  1. PELAKSANA

Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama pelaku kesenian di Kudus bekerjasama dengan Paguyuban Pelestari Situs Patiayam, dengan struktur dan kepanitiaan terlampir.

Situs Patiayam

Patiayam adalah situs purba di Pegunungan Patiayam yang terletak di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Letaknya sekitar 15 kilometer timur Kudus.

Menurut penelitian paleontologi vertebrata, Bukit Patiayam adalah bukit yang secara morfologi merupakan sebuah kubah (dome) dengan ketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Di bukit ini terdapat batuan berumur plestosen yang mengandung fosil vertebrata dan manusia purba homo erectus.

Fauna vertebrata dan manusia purba plestosen sampai di Indonesia setelah mengalami migrasi dari Afrika, melalui daratan Asia pada masa glasial dan interglasial. Saat itu permukaan laut meningkat tajam sehingga menenggelamkan sebagian wilayah Indonesia.

Padahal, pada tahun 1979, Dr Yahdi Yaim dari Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), telah menemukan sebuah gigi pra-geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia.

Lalu ditemukan pula sejumlah tulang belulang binatang purba, seperti Stegodon trigono chepalus (sejenis gajah purba), Elephas sp (juga jenis gajah), Cervus zwaani dan Cervus lydekkeri Martin (sejenis rusa), Rhinoceros sondaicus (badak), Sus brachygnatus Dubris (babi), Felis sp (macan), Bos bubalus palaeoharabau (kerbau), Bos banteng paleosondicus (banteng), dan Crocodilus sp (buaya). Semua itu ditemukan dalam lapisan batu pasir tufoan (Tuffaceous sandstones).

Menurut Prof Dr Sartono dan kawan-kawan, temuan tersebut merupakan jenis litologi dari formasi Slumprit (bagian dari Bukit Patiayam) yang terbentuk pada Kala Plestosan Bawah. Atas dasar itulah, umur fosil yang ditemukan Yahdi antara 1 juta hingga 700.000 tahun lalu.

Menurut catatan Kompas, April 1981, Tim Pusat Penelitian dan Penggalian Benda Purbakala Yogyakarta menemukan dua gading gajah purba berukuran panjang 2,5 meter dan berdiameter 15 sentimeter di Bukit Patiayam, wilayah Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Fosil ini diperkirakan berumur 800.000 tahun.

Selain itu, tim juga menemukan fosil kepala dan tanduk kerbau, dua gigi babi, banteng, kambing, rusa, badak, buaya, dan kura-kura. Dengan ditemukannya fosil-fosil itu, tim peneliti menyimpulkan Bukit Patiayam semula merupakan sebuah sungai dengan lebar 50 meter hingga 200 meter, sedikit rawa dan padang rumput (Kompas, 6 April 1981).

Setahun kemudian, tepatnya akhir November 1982, Sukarmin menemukan dua gading gajah di Gunung Nangka (bagian dari Bukit Patiayam), Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.

Gading pertama berukuran panjang 3,17 meter dan gading kedua berukuran panjang 1,44 meter. Kedua gading gajah ini sekarang tersimpan di museum Ronggowarsito Semarang.

Pada kurun waktu yang sama, Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus Soetikno juga menemukan fosil gading gajah di petak 22 Gunung Slumprit (juga bagian dari Bukit Patiayam).

Menurut tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin Harry Widianto dengan anggota Muhammad Hidayat dan Baskoro Daru Tjahjono yang melakukan penelitian di Situs Patiayam, 16-17 November 2005, situs ini sudah dikenal sejak lama sebagai situs hominid (manusia purba) di Indonesia. Situs hominid lainnya adalah Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, Perning Mojokerto, Ngandong, dan Ngawi.